Apresiasi
Pertama untuk Penulis
Medan, 13 November 2012, Di penghujung senja
Agenda ku
hari ini adalah agenda yang telah ku tunggu lama, bazar buku. Bagi semua
pecinta baca-tulis, bazar buku adalah surga, siapa pun pasti menantinya. Hingga
semalam aku terus berdoa agar hari ini cepat-cepat tiba. Dan tibalah hari ini.
Dengan rencana yang tlah dibuat sedemikian rupa,
kami dari trio mmmm, bukan charlie’s angel, sudah janji utk ketemu langsung di
TKP pukul 11.00. But like usual, pasti pada molor, termasuk aku. Sebenarnya
sih, sudah perhitungan waktu, begitu film korea yang ku tonton habis (hehehe)
aku langsung cabut, tapi malas begitu menggelayut manja. Padahal aku sudah
pakaian rapi, perlengkapan dan amunisi (lho?!) sudah siap sedia. Molor sekitar
10 menit dari jadwal keberangkatan dan langsung saja aku mematung di samping
adikku agar segera di angkut ke simpang jalan, hehehe. Maklum la, rumah di
daerah kota, tapi letaknya agak menjorok ke dalam. Perlu waktu 5-7 menit utk
jalan ke simpang dengan gaya jalan abang-abang dan tentu tenaga ekstra karna
ransel penuh baju dagangan (soalnya ada agenda jumpa pelanggan hari itu juga,
:D).
Singkat cerita
aku telah berada di angkot, pak supir benar-benar kejar setoran, belum lagi
bunyi klaksonnya yang panjang-panjang karna jalan padat merayap. Aku rasanya
mual. Ada demo di depan kantor walikota, jadilah jalan padat dan dialihkan ke jalur
lain. Untung si supir agak perhatian (ciyeee), ‘mau kemana dek?’ Tanya bang supir.
“Ke hotel madani, eh mesjid raya bang.” (heleh, sama saja, sebrang-sebrangan
kok). Dengan tangkas si supir mencari jalan pintas, meski agak memutar tapi
lebih cepat la.
And then,
tiba juga di bazar buku. Berhasil, berhasil, berhasil, hore! *Dewi the
Explorer. Celingak-celinguk aku memperhatikan bazar tersebut. Lumayan juga,
dinaungi tenda-tenda besar dengan jajaran stand di sekililingnya. Ada juga
panggung di bagian depan. Aku mulai
menyisir berbagai stand. Membacai semua judul yang tertera pada bagian atas
stand, seperti orang kurang kerjaan, tapi gak juga. Dirumah aku sudah niat
untuk membeli sebuah buku, bermaksud mencari stand penerbitnya, jadi lebih
cepat, gak mondar-mandir. Namun yang dicari tak kelihatan. Selain penerbitan
ada juga stand toko buku, cendramata, agency buku, sekolah hingga produk
fashion, beragam lah.
Menunggu 2
personil charlie’s angel lainnya, aku curi start hunting buku. Di mulai dari
depan, proses memilih, memilah dan
mempertimbangkan dimulai. Pertama ketemu dengan buku yang sedang dilombakan
resensi, wiiih senang banget, tapi agak kecewa dengan diskonnya yang cuma 20 %.
Langsung ku menghubungi salah satu charlie’s angel, menanyakan kapan deadline
lombanya. Dan Alhamdulillah akhirnya, aku membeli buku itu. Berpikir kalau pun
tak sempat diresensi utk lomba, bisa untuk dikirim ke media. Setelah tawar
menawar dengan bang stand, maksudnya yang jaga stand buku itu, sekarang ia SAH
menjadi milikku. *lebaydotkom. (eh bukunya, bukan abang standnya ya, hehehe).
Berhubung si abang stand juga ramah, aku menanyainya tentang buku
yang ku incar, tapi belum rezeki, gak ada ternyata.
Tak berapa
lama datang juga 1 personil lagi, jadi la kami berdua mengunjungi satu per satu
stand. Bagian depan, stand terlihat normal, yah biasa-biasa saja. Sesekali didatangi
oleh pengunjung. Masuk ke bagian tengah, sampailah pada bazar yang
sesungguhnya, mungkin itulah yang mampir dibenak setiap pengunjung disana,
begitu juga aku. Diawal, iya! Ada buku dari 5ribu sampai 25 ribu yang disusun
sesuai dengan harga. Ku perhatikan setiap rak, dari yang paling murah hingga
yang paling tinggi harganya. Gak tanggung-tanggung, buku yang di label 25rb
itu, adalah novel yang ku jamin harganya bisa 2 – 3 kali lipat dari harga
bazarnya. Miris kali ah. Tapi tunggu ada
yang lebih parah lagi, ini saat ketiga charlie’s angel sudah berkumpul. Mereka
memanggilku dan menunjukkan sebuah buku, dan aku hampir gak percaya ngeliatnya.
Buku itu ditulis oleh orang yang ku kenal, temanku sendiri dan berada di rak buku dengan harga yang
sangat tidak rasional. Beneran, kedok sudah terbuka. Mana ada orang yang mau
jual dan dapat rugi. Tapi ini?? Yah, apalagi kalau bukan pembajakan.
Bener-bener gak bisa di beri ampun. Tapi apa daya, gak mungkin kan ku
obrak-abrik raknya, hehehe. Bukan itu
saja, aku juga melihat beberapa buku penulis yang juga dikenal, dan bukan 1
tapi beberapa judul bukunya ada disana. Oh ya, soal buku temanku tadi, hanya ku
Tanya saja, “Sudah ke bazaar?”, ia jawab “Sudah”. Sampe disitu aja, rada gak
tega kalo ditanya lebih lanjut, “udah liat bukunya yang …..?”
Membeli buku
itu memang bagus, tapi perlu hati-hati juga. Pertama, ya jika buku tidak
original pasti kualitas tidak sama dengan yang ori. Tulisan yang kabur, trus
halamannya ada yang kosong, dan segala macamnya, namanya juga duplikat. Hal
yang paling penting adalah, tentu akan merusak pasar buku aslinya. Meski memang
jadi banyak orang yang bisa menikmati karyanya dan penulis jadi lebih populer,
tapi tentu ia tidak mendapatkan jerih payah dari karyanya. Karena royalty
diberikan dari penjualan buku asli , bukan buku bajakan. Lihat juga potongan
harga yang diberikan, masih normal jika 20-30 %, tapi jika harga sudah di patok
rata dengan nominal yang terjangkau, hati-hati lah membeli. Kalau diperhatikan
lebih jeli, hanya beberapa toko/penerbit besar yang bisa memberikan diskon
besar-besaran. Trus yang lain? wallahu a’alam. Lebih teliti aja. Membaca tidak
hanya untuk mendapatkan ilmu, tapi juga bentuk apresiasi pada sebuah karya, so,
choose the original, paling tidak menjadi apresiasi awal kita kepada sang
penulis. Bagi yang baru beli buku, selamat membaca ya. Dan semoga menjadi
hikmah untuk kita semua. See you.
Komentar
Posting Komentar