Akhir-akhir ini perhatian dunia cukup ter-sentral pada konflik yang terjadi di salah satu tanah kelahiran Nabi yaitu Palestina. Dan yang amat mengesalkan, konflik ini pecah pada bulan suci Ramadhan tahun ini. Militer Israel dengan semena-mena membantai muslim yang sedang beribadah. Serangan pertama terjadi pada 7 Mei 2021 saat jamaah menyambut malam Lailatul Qadar di komplek Masjid Al-Aqsa. Esoknya pada 8 Mei 2021 militer juga menyerang jamaah saat sholat tarawih di Masjid Al-Aqsa. Sekitar 121 warga Palestina terluka pada malam itu karena peluru karet dan granat kejut yang mengenai jamaah. Setelah peristiwa ini, cukup viral gambar ummat Islam Palestina yang sedang beritikaf di Masjid Al-Aqsa menyiapkan banyak batu di sisi mereka, sebagai antisipasi saat Israel menyerang kembali.
Dengan berbagai kejadian yang terjadi tentu kelompok Hamas tidak tinggal diam. Perang pun pecah, tiada hari tanpa dentuman bom dan letusan senjata. Banyak korban berjatuhan termasuk diantaranya wanita dan anak-anak. Simpati muncul dari berbagai negara, tidak hanya yang beragama muslim bahkan juga non-muslim, hingga muncul slogan “tidak perlu menjadi muslim untuk membela Palestina, cukup menjadi manusia”. Artinya memang tindakan tidak berprikemanusiaan ini, dikutuk oleh semua orang. Hal yang paling unik adalah, di saat orang-orang belahan negara lain yang notabenenya bukan muslim tetapi prihatin dengan kondisi Palestina, justru hal sebaliknya terjadi di Indonesia yang ‘katanya’ mayoritas Islam. Haruskah kita mencari kebenaran dari statement tersebut?
Bagi sebagian orang mungkin cukup jenuh melihat konflik Palestina-Israel yang tidak berujung. Tapi daripada jenuh, ada baiknya mencari tahu apa yang terjadi di masa lalu, hingga kaum Zionis ini tidak bosan-bosannya mengusik tanah Palestina.
Seperti yang kita kenal, Palestina adalah kiblat pertama ummat Islam, Nabi Muhammad sendiri pernah melakukan perjalanan religi dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang dikenal dengan peristiwa Isra Miraj. Belum lagi banyak sejarah yang ditoreh di negara ini. Tentu daerah Palestina menjadi sangat berharga bagi kaum muslim apalagi Al-Aqsa. Namun ternyata ada alasan penting kenapa kaum Yahudi sangat menginginkan kawasan Al-Aqsa menjadi daerah kekuasaan mereka.
Berkaca dari sejarah, ada beberapa hal yang menjadi alasan kaum Israel atau yang dulu lebih dikenal dengan nama Bani Israil amat membenci muslim, padahal berasal dari nenek moyang yang sama yaitu Nabi Ibrahim AS. Alasan pertama Israel begitu membenci Islam adalah kecewanya mereka dengan lahirnya utusan (Nabi) terakhir yang berasal bukan dari kaum mereka yaitu Nabi Ishaq tetapi melalui keturunan Nabi Ismail yaitu Nabi Muhammad SAW.
Dalam buku The Testatement of Moses disebutkan, Musa memberikan satu kitab kepada pengikutnya bernama Yosua (Yusya) bin Nun sebelum ia wafat. Buku yang terkuak pada 1861 M di Kota Milan ini berisi akan muncul seorang nabi yang ditunggu-tunggu bersama kekuasaan yang diberikan tuhan padanya setelah 250 minggu wafatnya Nabi Musa AS. Dalam kepercayaan Yahudi, satu minggu berarti tujuh tahun. Bila dikalikan tujuh tahun, masa itu berarti mencapai 1750-1757 tahun kemudian. Nabi Musa AS wafat pada 1183 SM. Bila dihitung dengan angka ketika memasuki masehi (awal kelahiran nabi Isa AS), maka tahun kelahiran nabi akhir zaman diantara 567-574 M. Dan sangat tepat sekali pada kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 571 M. Jika mengulik kembali sejarah Nabi Muhammad, ketika kecil nabi Muhammad sempat dikejar beberapa orang yang berasal dari Romawi. Didalam Taurat dan Injil juga disebutkan, nabi akhir zaman itu bernama Ahmad. Orang Nasrani menafsirkan kedatangan nabi terakhir adalah kemunculan Isa untuk kedua kalinya. Hal inilah yang membuat kaum Yahudi (Israel) kesal pada umat Islam.
Alasan kedua yaitu adanya Solomon Temple atau Kuil Sulaiman tepat dibawah Masjid Al-Aqsa. Ini adalah kepercayaan yang dipegang erat oleh Israel. Mereka berusaha keras untuk menguasai Masjid Al-Aqsa, karena mereka ingin menghancurkannya. Apa yang tersimpan di dalam kuil tersebut? Mereka percaya didalam kuil tersebut terdapat Tabut (sebuah kotak yang berisi Kitab Taurat serta sejumlah barang milik Nabi Musa AS, Harun AS dan Sulaiman AS) yang memberikan ketenangan. Siapa pun yang dapat menemukan Tabut, maka akan menguasai dunia. Faktanya, sejak tahun 1967 sampai sekarang, Zionis Israel telah melakukan sepuluh kali penggalian di kota suci Al-Quds. Kuil ini merupakan lambang kekuatan sehingga berguna untuk menguasai dunia internasional.
Alasan ketiga yaitu, klaim Teologis dan Deklarasi Balfour. Klaim Teologis berasal dari pendiri negara Israel yang didasarkan pada isi Kitab Perjanjian Lama dalam Kitab Kejadian 12:7 dan Kitab Yosua. Ini semua di deklarasikan oleh pendiri Zionist yaitu Theodore Herzl yang menggambarkan wilayah Israel membentang dari Sungai Nil sampai sungai Eufrat. Bisa terlihat dari dua garis biru yang terdapat di atas bintang berwarna biru pada bendera Israel. Garis biru atas melambangkan sungai Nil dan garis biru dibawah menggambarkan Sungai Eufrat. Sedangkan lambang bintang adalah Bintang David (Bintang Daud). Selama ini kita hanya terfokus pada lambang bintang David karena terlihat besar dan cukup mencolok. Padahal makna dua garis diatas dan bawahnya lebih ‘menakutkan’. Mereka bercita-cita menguasai Afrika yang dilambangkan dengan Sungai Nil dan Asia yang dilambangkan dengan Sungai Eufrat. Gagasan besar ini tentu disambut baik oleh kaum Yahudi yang aslinya adalah kaum terbuang yang tidak memiliki tanah.
Deklarasi Balfour adalah sebuah upaya yang dilancarkan, saat Yahudi tidak bisa mendapatkan hak tanah dari pemerintahan Turki Ustmani (Ottoman) yang kala itu dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II. Saat Abdul Hamid II memimpin, Palestina dibawah kekuasaan Ottoman. Dan permintaan Yahudi untuk menduduki meskipun hanya sepetak tanah Palestina ditolak keras oleh pemimpin bijak Turki ini. Berbagai upaya pun dilakukan untuk menggulingkan pemerintahan Abdul Hamid II, namun selalu gagal, hingga akhirnya saat Sultan Abdul Hamid II digantikan oleh Mustafa Kemal At-Taturk yang menganut paham freemansory. Sebelum Mustafa Kamal naik tahta, Yahudi juga berusaha mencari dukungan internasional yaitu Inggris, Amerika, Perancis dan Rusia. Mereka mendukung penuh gagasan Zionis untuk membangun tanah Yahudi di Palestina. Tentu dukungan mereka juga karena kepentingan-kepentingan lainnya.
Hasil dari Deklarasi Balfour adalah dibaginya Palestina menjadi 3 zona. Pertama, wilayah Yahudi mencakup 57 persen dari total wilayah Palestina dan ini meliputi hampir seluruh wilayah yang subur. Kedua, wilayah Palestina mencakup 42 persen dari total wilayah Palestina dan hampir seluruh wilayahnya tandus dan berbukit-bukit. Ketiga zona internasional (Yerussalem) dengan perimbangan penduduk 100 ribu Yahudi dan 105 ribu Palestina. Sekitar 26 tahun sebelum resolusi PBB dari Liga-Liga Bangsa telah memberi mandat kepada Inggris bahwa penduduk Palestina menguasai 98 persen wilayah tersebut sedangkan Yahudi hanya dua persen saja. Tetapi lagi-lagi kesepakatan ini dilanggar. Kini jumlah penduduk Palestina dan Israel sama banyaknya, yakni sekitar 6,8 juta. Hanya saja Palestina menempati wilayah yang lebih kecil daripada Israel.
Israel notabenenya adalah negara yang mencari tanah untuk ditempati, karena mereka tidak diterima dimana pun. Pada tahun 1947 pengungsi Yahudi tiba di Palestina dengan memasang wajah memelas dan spanduk besar dikapal yang mereka tumpangi yang bertuliskan “Jerman menghancurkan keluarga dan rumah-rumah kami. Jangan hancurkan harapan kami”. Dan hanya berselang setahun saja, mereka berhasil menguasai dan menjajah Palestina. Sungguh miris.
Lalu bagaimana kehidupan sehari-hari saudara kita disana? Di daerah tepi barat yang seharusnya adalah milik Palestina telah dikuasai oleh warga Yahudi. Mereka membangun rumah-rumah yang besar dan indah, dengan pengamanan yang ketat. Warga Yahudi tidak perlu melewati border crossing, sebaliknya bagi warga Palestina. Ini salah satu cara agar warga Palestina frustasi. Seringkali hanya ada tiga militer Israel yang berjaga-jaga untuk mengecek warga Palestina, itupun hanya satu yang bertugas, dua diantaranya bersantai-santai. Rute ini bukan hanya berjam-jam tetapi kadang seharian dan belum tentu mereka dapat melintas. Suplai air yang sangat terbatas juga dirasakan oleh warga Palestina, terlihat dari tandon air yang menghitam karena Israel mematikan akses air. Banyak fakta miris lainnya yang dialami warga Palestina disana.
Dengan alasan apalagi kita sebagai sesama muslim tidak peduli bahkan acuh. Mereka bahkan rela mengorbankan jiwanya demi mempertahankan tanah Palestina dan Masjid Aqsa. Lalu kita?
Ditulis oleh : Dewi chairani
Sumber : republika.com
Kompas.com
Wartakotalive.com
Komentar
Posting Komentar