Saat semakin banyaknya orang beralih ke aplikasi dengan fasilitas visual menarik seperti vlog, tik tok, video content, masih saja ada sekumpulan orang-orang yang setia menulis (ehmm) meski konsistensi belum haqqul yakin 😄.
Menulis sekarang juga banyak ranahnya, kita kecilkan lagi bahasannya, yaitu menulis di blog atau nge-blog. Kenapa harus nge-blog sih? Kenapa gak nulis di platform aja, seperti yang lagi in sekarang? Ya, bagi saya menulis fiksi itu butuh energi lebih. Dulu sempat sih, menjalani masa-masa itu, tapi seiring waktu dan bertambahnya kegiatan, rasanya gak mungkin lagi.
Bukan berarti mendiskreditkan tulisan fiksi ya, bukan Ferguso! Tapi memang ada jenis orang-orang seperti Dewi yang rasanya jauh lebih mengalir menulis non fiksi, ketimbang fiksi. Meski faktanya Dewi itu penikmat fiksi akut 😁.
Cerita kenapa nulis di blog, tentu Dewi punya banyak sekali alasan. Beberapa diantaranya bisa jadi karena ‘terpaksa’. Lho? Jadi awal-awal nge blog seingat Dewi karena ada lomba nulis blog, otomatis dong, blog nya harus kita buat dulu. Berlanjut mulai rutin isi blog, niche-nya juga masih campur aduk, haha. Ada puisi, info lomba nulis, artikel kesehatan, masih suka-suka aja.
Seiring waktu, mulai banyak tu tawaran job dari nulis. Makin menggiurkan dong ya. Namun memang untuk menaikkan nilai ‘jual’ kita harus meningkatkan isi dari blog tersebut. Mulai dari konsistensi nulis, gimana buat tulisan yang bisa sesuai sama SEO, aktivitas kunjungan (PV) dan komentar rame, belum lagi angka rate DA. Wah banyak ya.
Nah, yang paling urgent itu, hampir semua client mencari blog yg sudah TLD (Top Level Domain) artinya blog yang kita pakai punya alamat khusus sesuai nama yang kita inginkan dan biasa memiliki akhiran .com, .id, my.id dll, terlihat lebih keren dan profesional ya. Jadinya, ‘terpaksa’ juga pasang blog TLD yang sekarang pembayaran diawalnya mencapai 200an ribu juga.
Lalu bagaimana supaya mencapai semua ini? Mikirin blog dengan begitu banyak kriteria yang harus dipenuhi belum lagi biaya tahunan nya. Jangan gusar Hayati, klo gak sanggup berdiri sendiri carilah teman senasib sepenanggungan. Maksudnya?
Ya gabung aja ke komunitas blogger, jadi kita gak merasa sendiri. Kita bakal jumpa kawan-kawan yang punya tujuan sama, minimal secara umum ya. Banyak ilmu yang didapat dengan berbagai sharing dan pertemuan, semangat dan tentunya cuan. Makin banyak kita menjalin silaturahim makin membuka rezeki kan. Jadi kebutuhan mana pun untuk menjadi seorang blogger (penulis blog) akan terpenuhi sejauh kita terus berlatih dan tidak malas dalam meningkatkan nilai ‘jual’ blog kita.
Akhirnya yang menjadi ‘keterpaksaan’ di awal, berbuah berkah. Selama ini bermanfaat untuk kita dan orang lain, tentu jangan sampai putus di tengah jalan.
Selain bermanfaat bagi kita, blog juga menjadi wadah informasi untuk orang lain, tentang topik khusus yg kita bahas, ilmu yg kita bagikan, produk yang kita jelaskan, juga blog menjadi eksistensi kita sebagai penulis. Kalau Dewi sebagai wadah latihan juga sih, untuk mengasah skill yang satu ini. Melatih gaya bahasa, ketajaman menganalisa, menyajikan konten tulisan yg menarik, banyak lagi jika mau digali.
Last but not the least, Dewi sendiri berharap sebuah keterpaksaan ini bisa menjadi ladang amal, dan rekam jejak karya untuk generasi Dewi kelak. Bahwa dulu ibunya pernah menjadi penulis Blog. Ini sebagai rules dan janji kepada diri sendiri, bahwa Dewi hanya akan menulis yang bermanfaat saja, bukan hal-hal yang berbau negatif, bernarasi kebencian atau mengundang provokasi negatif. Amiin..
Apakah sekarang masih terpaksa lagi? Insyaallah gak, dan sekarang jadi lebih enjoy. Kalau kamu?
Beneeer setuju sih sama kakak, keadaan yang memaksa kita terjerumus disini wkwk. Iyah juga yg cuma mau havefun curhat2 di blog jadi dipkasa buat ngembangin blognye gegara komunitas. Cuma terpaksa ke arah yang baik itu memang harus, kan ya?
BalasHapusSebagian mengatakan harus, sisanya mungkin utk yg ikuti arus aja. Tp meski terjebak dipilihan kedua, bersyukur kali kita ada di circle yg positif. 😊
BalasHapusBenar, Kak. Awal buat blog karena ikut lomba menulis artikel di blog. Hehe. Keterpaksaan yang diabaikan, akhirnya sekarang dipikirkan kembali tujuan utamanya. Gomawoyo, Onnie, untuk kalimat² penggerak hatinya.
BalasHapusSama2 kak Nina, 😄 tulisan ini self reminder juga sbnr nya 😁
Hapus