Sekolah, selalu memiliki cerita tersendiri yang tidak terlupakan. Apalagi saat hari pertama melaluinya, pasti banyak cerita unik nan berkesan.
Kali ini Dewi gak ingin bernostalgia tentang hari pertama masuk sekolah, karena sudah lama sekali dan pastinya sudah lupa. (Ah ketahuan umurnya) haha. Namun tentang pengalaman Iqbal, di hari pertama sekolahnya.
Pilihan Sekolah
Bagi teman-teman yang sering melihat medsos Dewi, pasti sudah kenal dengan ‘Anak Surga’ ini. Ini sebutan dari banyak orang, karena memang Iqbal lahir sebagai penyandang Celebral Palsy atau CP. Dan tentu terlihat ‘istimewa’ dibanding anak-anak lainnya.
Saat anak lain umumnya masuk sekolah dasar maksimal di umur 7 tahun, Iqbal baru merasakan itu 1 tahun berikutnya. Saat ia di umur 7 tahun, Dewi masih mengupayakan agar ia bisa homeschooling, sehingga dapat pendidikan seperti anak umumnya di lingkungan sekolah. Namun sepertinya jalan kami memang tidak kesana.
Telah lewat 1 tahun dengan pembelajaran yang jauh sekali dari kata intensif tentu jadi prestasi buruk bagi Dewi. Kendalanya saat itu, sangat sulit mencari guru privat pun mengajar sendiri juga kurang konsisten atau tidak teratur. Akhirnya masuk rumah tahfiz dulu, Dewi pikir daripada dia tidak ada asupan ilmu sama sekali. Namun ternyata hanya berjalan beberapa bulan. Saat akan diujikan karena ia sudah mencapai setengah juz dari juz 30, dia ngamuk-ngamuk, istilah parentingnya tantrum. Tidak mau ngaji lagi dengan alasan gak akur atau ada ucapan teman yg kurang suka, Dewi juga tidak tau persis. Intinya Iqbal tidak mau ngaji lagi.
Akhirnya Dewi kerjakan sendiri semua, mengajar mengaji, hafalan, berhitung, juga membaca. Tentu ini tidak mudah dan jujur sangat sulit konsisten, karena Dewi pun mengajar privat di luar. Memang benar kata orang, mengajar anak orang jauh lebih mudah daripada anak sendiri. Akhirnya kami belajar saat dia mau saja.
Terpikir untuk memasukkan Iqbal ke sekolah khusus saat bercerita dengan sesama orang tua pasien terapi. Disitulah pikiran Dewi terbuka. Daripada anak di rumah aja, tidak ada asupan ilmu dll, lebih baik sekolah. Minimal dia ada kegiatan, belajar sosialisasi dan tentu belajar di lingkungan yang menerimanya. Inilah Sekolah Luar Biasa (SLB)
Jujur dulu Dewi sangat ngotot supaya Iqbal belajar di sekolah biasa, tapi lama kelamaan Dewi merasakan itu seperti keegoisan kita sendiri saja. Menyekolahkan Iqbal di sekolah biasa, memang ada yang bisa menerimanya, tentu dengan guru khusus disampingnya. Pun sekolah tidak mungkin fokus pada satu ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) di kelasnya. Karena ada murid lain yang juga harus diperhatikan. Dan hanya sekolah-sekolah tertentu yang mampu inklusi (menerima ABK) juga serta otomatis biaya dikeluarkan tentu tidak murah.
Lalu bagaimana jika di sekolah khusus atau SLB? Sekolah ini memang telah disiapkan untuk ABK seperti Iqbal. Dan SLB sendiri memiliki kategori tertentu. Khusus untuk penyandang CP seperti Iqbal itu SLB-D yaitu untuk tunadaksa, memiliki fisik tidak sempurna atau keterbatasan gerak. Para guru bisa memahami, mengayomi dan mengarahkan mereka. Kurikulum yang dipakai juga disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Ijazah? Tentu ada dan itu diakui negara. Jadi buang rasa minder bagi orang tua yg memang anaknya ‘terpaksa’ atau ‘mau tidak mau’ menyekolahkan anaknya di SLB. Pilihan anda sudah tepat, karena sekolah ini yang menjadi tempat yang nyaman bagi mereka belajar.
Sebelumnya Dewi juga sempat ‘galau’ mau masukkan Iqbal ke SLB Negri atau Swasta, karena tentu dari segi biaya sangat berbeda. Cuma setelah riset, tanya-tanya sesama orang tua, survey langsung ketempat, pilihan tertuju pada SLB Swasta. Urusan rezeki insya Allah akan dipermudah. Bismillah. Toh setiap anak sudah disiapkan Allah rezeki masing-masing 😊
Hari Pertama Sekolah
Alhamdulillah Iqbal menyambut dengan antusias hari-hari pertama sekolahnya. Dewi men-sounding ia untuk bangun pagi, langsung mandi dan makan tanpa drama. Tapi tetap saja bukan anak namanya kalau gak jahil, ia sering kali ‘menggarai’ Dewi dengan berkata “besok ibal bangun jam 8” padahal jam segitu seharusnya sudah tiba di sekolah. Tapi sebagai emak cerdas nan baik hati (Amiiin) gak mau kepancing dong, Iqbal itu paling lama bangun jam 7 atau 7.30 dan itu juga jarang banget.
Prediksi Dewi memang tepat saat terbukti ia bangun pertama jam 4.30, masih kumandang tilawah di Mesjid. Dewi suruh ia tidur lagi untuk nanti dibangunkan jam 6, jadi tidak mengantuk di sekolah. Alhamdulillah kami tidak telat. Meski sebenarnya aku menahan ngantuk luar biasa karena kurang tidur. Pasalnya murid baru diwajibkan membawa atribut orientasi seperti bed nama dan topi yang terbuat dari kertas karton dan manila dengan warna yang ditentukan. Karena Iqbal SD maka ia memakai atribut dari manila merah. Dan informasi ini cukup terlambat Dewi dapat, untung aja insiatif nanya-nanya teman yang anaknya juga masuk disekolah yang sama. Maka mau tak mau, malam lah mengerjakannya.
Membayangkan topi-topi orientasi yang umumnya bentuk kerucut, jujur Dewi tidak suka. Karena untuk yang paham agama Islam lebih dalam, topi kerucut itu menyerupai kaum.... dah tidak usah dibahas lebih dalam. Padahal kalau aja mau, buat itu lebih gampang ya kan.
Akhirnya pilihan jatuh dengan membuat topi model toga. Bukan gampang lho buatnya,tapi demi anak,yowes ra popo. Bet nama juga Dewi buat unik. Berbentuk awan. Dewi merasa gak sia-sia pernah lama mengajar jadi guru TK, kreativitas terasah dan mau buat apa-apa enak aja. Nah, ini dia gambar topi dan bet nama.
Drama topi dan bet nama usai. Karena hari itu adalah hari senin, maka sekolah mengadakan upacara pagi. Takjub melihatnya. Ya mereka mengadakan selayaknya upacara biasa, ada menyanyikan lagu Indonesia Raya, membaca Pancasila, pengarahan dari Ibu Kepsek, yang tidak ada hanya prosesi pengibaran bendera. Langsung ke penghormatan ke bendera saja
Upacara sudah selesai, kegiatan orientasi atau yang lebih dikenal dengan istilah MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) dimulai. Suasana dibuat seru dengan menyanyikan berbagai lagu gembira dan perkenalan semua guru-guru dari jenjang SD sampai SMA. Ada juga kelas LK yang merupakan lanjutan dari tingkat SMA, untuk pembekalan lebih dalam tentang skill yang akan diasah. Diingat-ingat ada juga 1,5 jam berdiri menemani anak. Meski Iqbal bisa ditinggal sesekali, tapi tentu kita antusias mengawal hari-hari pertama mereka di sekolah. Setelah acara di lapangan, ada berkumpul di aula untuk pengarahan tentang kurikulum penggerak.
Untuk Iqbal yang baru mengenal lingkungan sekolah, Dewi pikir cukup kooperatif juga kondusif. Tidak ada rengekan, keluhan atau lainnya. Meski memang sesekali Dewi perhatikan dia agak lama respon, ngeliat ke sekitar tetapi bengong. Ya terkadang mengikuti juga. Jadi kitanya harus yang rajin mengarahkan. Mungkin juga faktor fisiknya yang kurang fit. Karena memang ia sedang batuk.
Hari ketiga MPLS mulailah ia berdrama, awalnya bilang tidak mau sekolah, karena batuknya juga mulai berat. Namun setengah jam kemudian, ia berubah pikiran. Refleks dong merepet, haha. Namun si lajang sudah bertekad ingin sekolah. Ya sudah Dewi ikuti saja. Pasrah sudah jika terlambat,karena pun masih masa MPLS juga. Yang gak disangka, Iqbal termasuk dari siswa yang dapat hadiah dari sekolah,karena selalu memakai atribut dan mengikuti setiap kegiatan MPLS. Rezeki ya Bal
Semangat sekolahnya ya Iqbal anak ganteng. Selamat juga ya mendapat hadiah sebagai siswa yang tertib ketika MPLS :)
BalasHapusInsya allah bu. Moga konsisten baik budi hingga akhir hihi
HapusMenjadi siswa tertib saat MPLS adalah jawaban dari kesiapan Iqbal unuk menemuh pendidikan saat ini, yakin deh Iqbal bakal jadi orang besar di kemudian hari kelak Aamiin
BalasHapusAmiiin ya rabb. Makasih om deplin 😊 pembiasaan disiplin dn ikuti aturan jg. Biar jgn kyk emaknya hehe
HapusMasyaAllah semangat sekolahnya anak sholih.. jangan lupa tahfidz nya ya Mas Iqbal ..semoga Allah mudahkan ya.. :)
BalasHapusIya bu, insya allah. Bantu doa ya bu, seimbang ilmu dunia dn akhirat nya. Amiiin.
HapusMasyaAllah terharu liat ibal kak. Dari sudut pandang guru yang mengajar di sekolah normal dan ada siswa yang ABK, kiki juga merasa kesal sama orangtuanya karena gak mau masukkan anaknya ke SLB, karena kasian anaknya juga, ternyata memang begitu ya, ada perasaan tersendiri dari orangtua dan memang berat untuk memasukkan anaknya ke sekolah khusus. MasyaAllah, semoga Ibal bisa tumbuh menjadi anak yang membanggakan nantinya. Allahumma aamiin
BalasHapusAmiiin ya rabb. Makasih bu kiky. Masih panjang perjalanan nih, smoga kami para ibu dgn anak spesial dikuatkan. Amiiin
BalasHapusBarakallah. Sukses adek Iqbal. Semangat selalu Ibunda Dewi yang tangguh nan menginspirasi❤️❤️
BalasHapus